Header Ads

Banyak Negara Ingin Tiru Kesuksesan Dubai, Tidak Mudah

Banyak negara yang ingin meniru kesuksesan Dubai. Mulai dari Sri Lanka, Djibouti, Tripoli dan lain sebagainya.

Namun satu persatu gagal mewujudkan impian itu. Sri Lanka kini terjerat utang. Presidennya bahkan diturunkan oleh aksi demo karena krisis ekonomi.

Padahal posisi Sri Lanka dengan India mirip dengan posisi Singapura dengan Indonesia.

Sejak dahulu banyak pihak yang investasi di Singapura karena bisa mendapat bonus pasar Indonesia dan ASEAN.


Sementara investasi di Sri Lanka belum tentu mendapat pasar India atau Asia Selatan karena investor lebih suka menanam dananya langsung ke India dengan ekonomi lebih stabil.

Sementara Dubai menjadi pusat investasi karena mempunyai bonus pasar negara-negara Teluk plus Iran. Bahkan negara seperti Bahrain, Qatar, Kuwait, Oman dan lain sebagainya tidak bisa merebut pasar Iran sebagaimana Dubai.

Djibouti belakangan juga mendapat gelar 'the next Dubai'. Hal itu karena lokasi Djibouti yang strategis. Investasi di Djibouti mendapat bonus pasar Ethiopia, Somalia, Eritrea dan Afrika Timur lainnya.

Tapi tetap saja, perkembangan Djibouti juga kurang cepat.

Sementara itu ibukota Tripoli di Libya pernah ingin menjadi Dubai baru.

Saat Moammar Ghaddafi lengser, pemerintah penggantinya memulai program jor-joran membangun untuk akselerasi menjadi Dubai baru.

Namun rencana ini kandas karena konflik internal berlangsung berlarut-larut hingga kini.

Berikut lima hal yang membuat Dubai sulit ditiru.

1. Dubai memiliki minyak sebagai modal. Walau tidak banyak tapi sangat mencukupi ketika diinvestasikan untuk pembangunan infrastruktur dan pasar properti di dalam negeri. Termasuk investasi di Maskapai Emirates yang kini salah satu terbaik di dunia.

Srilanka, Djibouti dan Tripoli tak punya kekuatan maskapai penerbangan seperti Emirates, untuk saat ini.

2. Dubai merupakan sebuah negara yang berada di dalam negara Uni Emirat Arab. Praktis, jika pemimpinnya punya wawasan yang luas, dia langsung bisa implementasikan tanpa protes dari publik atau lainnya. Stabilitas politik yang relatif baik juga menjadi modal, didukung kehadiran pasukan AS di Al Dhafra Air Base, Perancis di Camp de la Paix atau militaire française aux Émirats arabes unis ("French Military Settlement in UAE") disingkat IMFEAU dan Inggris di Minhad Airbase.

Di Djibouti, selain negara besar, juga terdapat pangkalan militer Jepang dan Tiongkok di negaranya.

Modal stabilitas politik dipenuhi oleh Djibouti. Tapi apakah punya modal minyak atau maskapai?

3. Dubai mempunyai sistem perundangan investasi yang menggiurkan. Sejumlah kemudahan ditawarkan dan itu dihormati. Pemerintah misalnya tidak akan mempersulit sebuah perusahaan yang sudah berkembang dengan tujuan pemilik segera hengkang dan bisnisnya ditakeover oleh pengusaha lokal.

Hal itu yang membuat banyak pengusaha India, Pakistan, Iran dan lain sebagainya betah berbisnis di Dubai.

4. Dubai mempunyai jaringan perbankan dan media yang kuat.

Tidak heran Dubai adalah tempat penyimpanan uang para pengusaha di Arab meski itu bukan Teluk. Orang-orang kaya di Yaman, Suriah, Mesir, Maroko bahkan Afghanistan menyimpan uangnya di perbankan Dubai.

Dubai juga melek media. Keemiran ini bahkan punya banyak kanal yang bisa diakses melalui saluran TV parabola di Timur Tengah.

5. Dubai punya pekerja migran yang besar dari berbagai negara.

Djibouti bisa saja impor pekerja migran dari Ethiopia. Namun, jika bergantung dari satu negara saja akan menimbulkan gangguan stabilitas. Apalagi secara etnis Djibouti masih berhubungan dengan etnis di Somalia, Ethiopia dan Afar. 

Sudah terdengar beberapa berita etnis Somali yang didukung Somalia bersaing menguasai politik dan ekonomi dengan etnis Afar yang didukung Ethiopia.

Di Dubai, pekerja migran berasal dari Bangladesh, Pakistan, India, Nepal, Myanmar, Afghanistan, Suriah, Mesir, Ethiopia, Somalia bahkan dari Eropa Timur dan Amerika Selatan.

Untuk saat ini, ada banyak kota bahkan desa di Tiongkok yang bisa meniru kesuksesan Dubai. Namun para walikota di sana membangunnya bukan karena ingin menjadi Dubai tapi karena bagian dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masif.

Daerah otonomi Kurdistan di Irak pernah juga dijuluki sebagai 'Dubai'-nya Irak. Daerah ini makmur karena mempunyai cadangan minyak. Namun tidak mempunyai akses ke laut dan maskapai yang besar seperti Emirates.

No comments

Powered by Blogger.